Posts

Showing posts with the label Puisi

Sajak Pengingat Diri

Image
            (Sumber : Dokumentasi pribadi/Firman) Ketika sang surya telah bersinar Artinya senja tengah tertidur lelap Beristirahat dari hiruk pikuk kebisingan rindu, yang dibisikkan melewati getaran kalbu   Entah apa pun yang terjadi Entah baik, buruk, tawa, tangis, Perjuangan, atapun cinta, Bersyukur dan ikhlas menjadi sikap yang tepat menanggapi setiap realitas   Kawan, ada satu tanya kuingin ajukan Apa landasanmu mendeklarasikan kekerasan? Indonesia merdeka bukan untuk kembali pada pertarungan, Tapi berjuang bersama menggapai persatuan   Semarang, Februari 2021

INDONESIA

Image
    (Doc./google.com) Berdiri di antara ribuan pulau Membuatnya semakin memukau Alangkah negeri ini baik hati Menikmati hembusan pagi nan wangi Yang dulu disebut paru bumi Indonesia... Negeri yang terbentang di atas luasnya samudra Berbagai macam aneka  budaya Pohon setiap pagi bernyanyi Laut yang ricuh tak henti Indahnya alam negri ini Indonesia.. Kerap memukau di setiap mata Indah terjaga lestarinya Dimana perahu bebas mengikuti arah angin Dimana air mengalir tenang jauh di sana Tak pernah mengira bahwa ini surga dunia yang benar nyata Saling menyatu di antara semburat perbedaan Di antara gelapnya malam Saling bersujud walau kepada tuhan yang berbeda Hindu dan budha  menjadi kesatuan dan kekuatan Indonesia dan segala perbedaan menyanggah perpecahan Melakukan segala sesuatu tanpa rasa ragu dengan kebersamaan Menyatukan hati dan pikiran Lalu apa yang kita dapatkan saat perpecahan mulai tunjukkan Ideologi dan cita seolah menjadi patokan Cara interaksi dalam segala per...

Rindu

Image
  Doc. Google.com Ada rindu saat bertemu dengan jarak Saat senja indah mulai terlihat Namun kau tetap saja tak terlihat Bagai tiup angin kau ucap Rindu Membuat candu ingin temu Seolah ingin selalu ada di sisiku Terfikir akan sesuatu Yang selalu membuatku tak ingin jauh darimu Sungguh Tahan rindu itu Agar kau tahu seberapa berarti dirimu Seberapa ia memikirkanmu Seberapa khawatir ia padamu Lalu kau buktikan betapa besar dan seriusnya ia hanya untukmu Bukan sekedar pelariannya Karena tak lagi ada yang lain Kau mawar berduri Yang apabila seseorang mendekat Maka Ia harus merasa tersakiti Puisi Oleh : Niswatus Shabrina Kader Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Saintek

Sajak Nestapa

Image
doc: google.com Mama, biarkan aku berjalan menyusuri tiap-tiap lorong kehidupan. Meskipun tak jarang duri-duri menyambut, kerikil-kerikil tajam dan bebatuan koral menghalang langkahku. Mama, biarkan duri itu menggores kaki kecilku. Menusuk dan mengoyak nadiku, hingga merah membalut seluruh asaku, aku takkan menangis, Mama. Sudah kuhabiskan tangisku dulu, ketika ku masih di pangkuanmu. Mama, biarkan kubalut luka sendiri. Dengan air mata dan penderitaan tak bertepi. Meski kutahu, semua itupun tak cukup obati luka jiwa. Hingga akhirnya, Mama, jika ujung dunia telah kujumpai. Dan kaki tak mampu melangkah lagi, maka, tak ada tempat berlabuh kecuali pada engkau, Mama. Karena apabila separuh jiwaku telah memanggil, maka tak ada pilihan lain kecuali, kembali. Oleh: Lailatus Syarifah, Pengagum Diam

HMI ku, Prosesku

Image
ilustrasi google.com Oleh: Siti Ropiah Lelah ? Mungkin Lelah.. Sia-sia ? Tidak.. Mengganggu ? Tidak juga.. Berbagai tanya itu menghantam ku Menusuk relung jiwa ini Memporak-porandakan keteguhan Tapi kutangkas dengan sigap Tak ada sia-sia dalam setiap proses Proses adalah kumpulan pilihan yang kujalankan Sederet lelah seakan leleh Ketika kuingat prosesku, HMI ku Banyak ilmu kugenggam darimu Beribu pengetahuan kudapat karenamu Berbagai pengalaman kulalui denganmu Pengalaman menuju satu dari segelintir insan cita Dengan selalu karya terus mengalir Mencipta makhluk tak lepas pikir Bukan insan yang tergelincir YAKUSA!! Yakin Usaha Sampai.. Kuningan, 2020

MAAF

Image
Oleh: Sahabat Wahyuni T.E (Siti Masruroh) Perempuan yang membahagiakan, Perempuan teladan yang sanggup setegar karang Tak semudah yang ku kira Tak semudah yang terucap dengan aksara Aku tahu, hatimu bukan baja Meski kau manusia 1000 daya Aku tahu, telah kuhancurkan rasa Yang tak kan tersusun lagi dengan sempurna Maaf . . Kata itulah yang sanggup ku ucap Ketika kau terdiam tanpa hasrat ingin berucap Kau biarkan aku menerka Kau biarkan aku tenggelam dalam lautan tanya Sudahkah termaafkan? Atau aku harus memohon tuk dimaafkan? Aku masih menunggu jawaban Jawaban dari pertanyaan yang kau abaikan Maaf . . Jika kataku terlalu menikam perasaan Jika yang terlontar tak seperti yang kau harapkan Bukannya aku sengaja menciptakan luka Aku hanyaa tak ingin kau tersesat lebih lama Ku masih di sini menunggu dengan pengharapan Di temani rasa bersalah dan kesalahan Tak bisakah termaafkan?