Meraup Untung Momentum World Bank
Oleh: Alwi Ahmad Sulthon,
Bendahara
Umum HMI Komisariat Persiapan Saintek,
Mahasiswa
UIN Walisongo Semarang
Pertemuan
Tahunan International Monetery Found-World Bank Group 2018 (2018 IMF-WBG
Annual Meetings) akan diselenggarakan pada 8 Oktober hingga 14 Oktober
mendatang. Negara Indonesia terpilih menjadi tuan rumah yang akan menyiapkan
segala kebutuhan dan jamuan untuk tamu-tamu internasional.
Momentum
besar ini mengisahkan bahwa terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah atas
tendensi yang mendominasi dunia internasional sebagai tanda pengakuan berkat
keberhasilan Indonesia di bidang ekonomi. Nantinya, dalam pertemuan tersebut
akan dihadiri oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari 189 negara
dan World Bank, para investor, pelaku bisnis, instansi parlemen,
komunitas perbankan, organisasi kemasyarakatan, akademisi, media, dan
partisipasi lain. Prediksi delegasi mencapai lebih dari 15 ribu orang yang akan
hadir di Nusa Dua, Bali.
Di
tengah situasi global yang tidak menentu, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 5,2% di tahun ini karena tingginya permintaan
domestik. Angka itu sedikit lebih rendah dari pada yang diproyeksikan
sebelumnya sebesar 5,3%. Fundamen ekonomi makro yang kuat di Indonesia di
pandang sebagai penyangga yang kokoh terhadap peningkatan gejolak global.
Penilaian
tersebut berimbas positif pada terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah dalam
momen pertemuan Oktober mendatang. Hal ini dipandang sebagai angin segar bagi
Indonesia khususnya bagi pengusaha-pengusaha dan biro-biro pariwisata di
Indonesia. Tak ketinggalan pula devisa yang masuk atas kehadiran mereka yang
secara tidak langsung juga memberikan manfaat besar.
Kehadiran
mereka membuka peluang bagi Indonesia dalam berbagai bidang dalam rangka
meningkatkan perekonomian. Indonesia dengan ciri alam yang indah dan menajubkan
mata tentu menjadi daya simpati untuk dikunjungi. Dalam hal ini sektor pariwisata
yang sangat menjanjikan peluang bisnis dengan keuntungan yang fantastis.
Josua
Pardede, Ekonom Bank Permata mengatakan “Pariwisata ini jika bisa dieksplor
maka multiplier (imbas)nya bisa kemana saja, bisa ke pajak hingga spending.
Dari 189 negara, kalau dia melakukan spending maka akan berdampak di
perekonomian Bali dalam jangka pendek.”(24/8/2018).
Kian
terbukanya peluang Indonesia dalam sektor pariwisata juga berbuntutan dengan
sektor budaya dan potensi-potensi lainya. Bahwa Indonesia sebenarnya bukan
negara waris dengan pesona alam saja, namun warisan leluhur bangsa atas gagasan
yang kreatif, inovatif, produktif dan simbolis membentuk sebuah tarian adat,
senandung yang indah, senjata adat serta kuliner yang khas, yang semua amat
erat dengan filosofi budayanya juga menjadi aset-aset kekayaan.
Dijadikannya
Bali sebagai lokasi pelaksanaan IMF-WBG Annual Meetings tidak menutup
kemungkinan bagi lokasi lain untuk turut merasakan manfaat dalam rangka
mengenalkan potensi-potensi lain, yang berada di sekitarnya. Dengan demikian,
keuntungan sepenuhnya tidak hanya di satu titik saja.
Pemerintah
telah mempersolek Banyuwangi sebagai penopang pelaksanaan IMF-WBG. Meskipun
bukan lokasi utama, namun destinasi Banyuwangi menjadi bahan kedok untuk
menyakinkan bahwa keindahan Indonesia bukan hanya satu titik. Hal ini mendapat
dukungan dari infrastruktur pengebutan Bandara Internasional yang ada di
Banyuwangi. Demikian, jika digaungkan dengan optimalisasi tersebut, Banyuwangi
akan ‘kecipratan’ keuntungan.
Bagaimana dengan Daerah Lainnya?
Tentunya
dalam menaggapi kehadiran moment IMF-WBG Annual Mettings tidak hanya
berpacu pada peluang yang kompleks. Daerah lain juga turut merasakan, misalnya
melalui ajang promosi dengan mendatangkan berbagai produk UMKM maupun produk
Kesenian dari berbagai daerah Nusantara.
Jika
memang hal itu mempunyai nilai untung yang menjanjikan, maka ada baiknya
pemerintah sebagai pihak ‘panitia’ penyelenggara menjadikan ajang promosi
produk-produk tersebut mendapat desain sebaik mungkin agar dapat terjangkau
oleh belasan ribu pendatang. Manfaat yang diharapkan selain menjadi ajang promosi,
yakni dengan tata lokasi yang terbentuk, mengagambarkan sebuah miniatur
ekonomi Indonesia, bahwa Indonesia dalam sektor ekonomi mampu bangkit dari
krisis yang melanda di era 1998.
Demikian
untuk menjadikan semua terwujud tentu tak lepas dari peran pemerintah sebagai
pihak yang mengatur alur pertemuan mendatang. Jadi, dalam pertemuan tidak hanya
memastikan kenyamanan bagi para tamu internasional, namun perlu juga memastikan
kesempatan yang tepat dan strategis dalam rangka memperkenalkan produk-produk
serta keunggulan atau potensi kepada para tamu.
Dengan
begitu, kesempatan emas dalam rangka tampil dan memeperkenalkan sebagai negara
dengan tingkat pertumbuhan yang baik di banyak bidang sekaligus ajang promosi
sumber daya yang ada serta kebijakan ekonomi yang berdaya tahan menjadi
teratur, tersistem dan terencana. Wallahu a’lam.
sumber: Militan.co

Comments
Post a Comment