Santri Perintis Negeri

Melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 15 Tahun 2015, Presiden Joko Widodo meresmikan dan menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Keputusan tersebut merupakan wujud penghargaan untuk para santri yang terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan RI. Meski merupakan hari besar nasional, tanggal tersebut tidak terhitung sebagai hari libur atau tanggal merah.
Terkait pemilihan tanggal, menurut Ketua umum PBNU Said Aqil Siroj, hal ini berhubungan dengan peristiwa penting di masa lalu, yaitu Ketika Hadratussyaikh Hasyim Asyari menerbitkan fatwa jihad. Peristiwa ini disebut dengan resolusi jihad santri, yang dimana membela tanah air hukumnya fardlu ‘ain.
Kompetensi Santri tidak terlepas dari Pondok Pesantren tempat mereka menempa ilmu. Tercatat di Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama bahwa jumlah santri pondok pesantren di 34 provinsi di seluruh Indonesia, mencapai 3,65 juta yang tersebar di 25.000 pondok pesantren (Kemenag data 2011). Jumlah tersebut terus bertambah setiap tahunnya. Jumlah santri ini merupakan potensi luar biasa dan dapat menghasilkan dampak besar bagi pembangunan bangsa jika program dan kegiatan para santri dikelola dengan sistem yang baik.
Pondok Pesantren merupakan tempat dimana para santri belajar, sebagian masih menerapkan pendidikan tradisional. Namun, banyak juga sudah menggunakan standar pendidikan modern, sehingga tidak kalah bersaing dengan pendidikan yang ada di sekolah umum. Pendidikan di lingkungan pondok pesantren sebagai salah satu ujung tombak bagi terlaksananya sistem pendidikan agama Islam yang baik dan benar serta pencipta SDM dengan motivasi, jiwa kepemimpinan, akhlak serta intelektual yang tinggi.
Sudah terbukti bahwa Pondok pesantren mampu melahirkan tokoh-tokoh Islam yang sukses, sehingga sistem pendidikan tidak perlu dibedakan dengan sekolah umum karena memiliki tujuan yang sama yakni bagaimana menciptakan kader pemimpin masa depan bangsa yang memiliki kepribadian yang luhur.
Dalam memperingati Harsanas, para santri melakukan berbagai bentuk partisipasi, dukungan terhadap peran santri di kancah nasional Indonesia. Seperti yang kita ketahui, perjuangan kemerdekaan RI yang tidak lepas dari KH. Hasyim Asy’ari sebagai barisan terdepan yang mempelopori para santri yang hanya bermodalkan doa dan kekuatan taqwa, akan tetapi ikhtiar itu mampu menghancurkan senjata lawan.
Siswa yang berlatar belakang dari pesantren memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan siswa yang lulusan dari sekolah umum saja, khususnya pengetahuan dan kecerdasan dibidang spiritual dan akhlak. Bila dikaitkan dengan kasus kriminal yang marak terjadi di Indonesia, maka mendorong para santri untuk meningkatkan peran mendongkrak keberhasilan pembangunan Indonesia menjadi salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan.
Kini saatnya pemerintah perlu memberi ruang yang cukup, termasuk iklim kondusif kepada para “santri” dan “pesantren” agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Pesantren tidak cukup hanya menciptakan para santri yang memiliki kompetensi tinggi tetapi juga harus mampu menciptakan produk kreatif dan inovatif yang dapat dikontribusikan ke ranah industri bernuansa islami.
Mengingat sekarang adalah era milenial, maka para santri perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), agar dapat menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat seperti pemberdayaan masyarakat, pengentasan kemiskinan, pembangunan karakter yang jujur, berkhlak mulia, motivasi tinggi, tahan banting serta cerdas dan kreatif.
Bahkan harus mampu berpartisipasi dalam pembangunan lingkungan strategis seperti pembangunan dibidang ekonomi, lingkungan hidup, kemanan kedaulatan negara dan budaya. Karena itu pesantren termasuk pesantren modern seperti yang sekarang kita lihat di berbagai tempat di Indonesia masih perlu terus diselaraskan baik kualitas maupun kuantitas. Program studi yang sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat perlu diperluas, sehingga partisipasi ‘’santri dan ‘’pesantren’’ dalam pembangunan bangsa semakin nyata.
Mengingatkan sisi positif santri, juga menjadi intropeksi santri zaman sekarang dengan sosok santri sejati, dengan menilik generasi santri terdahulu. Hal ini penting dilakukan, guna memberi kekuatan positif untuk membuat tekad. Seperti kita ketahui, pendidikan liberal tidaklah mampu mencetak generasi yang baik, justru yang mempunyai integritas tinggi adalah sosok santri.
Berharap para santri mampu dan berhasil dalam memegang kendali pemerintahan. Karena manusia (santri) membutuhkan akhlak, sebagaimana pepohonan membutuhkan air. Tanpa air tiada makhluk hidup yang dapat bertahan. Akhlak dapat diartikan sebagai watak dan budi pekerti yang membentuk pribadi seseorang, terealisasi dalam keseharian, dalam bentuk tingkah laku dan pemikiran yang tidak dibuat-buat. Oleh karena itu, dilihat dari segala aspek santri sekarang akan menjadi pemimpin-pemimpin di masa yang akan datang. Karena yang mampu menjawab persoalan zaman adalah santri yang memiliki akhlaq yang baik.
Ada yang beranggapan bahwa nilai ijazah menjadi tolak ukur segala urusan, bagus itu bukanlah segalanya. Nilai merupakan paradigma lama yang sudah sampai dititik jenuh, yang akan kembali lagi ke akhlaq dan tidak dinilai dari kognitif tinggi. Sekarang sudah banyak orang pinter yang korupsi, akhirnya membuat masyarakat menjadi jenuh. Inilah paradigma baru yang lebih baik.
Pondok pesantren adalah salah satu bentuk rekrutmen bagi para santri untuk memperdalam, memperluas, dan mempertajam kemampuan dalam bidang apapun. Karena di pondok pesantren inilah para santri itu mengalami proses pembetukan karakter. Karakter yang semula pesimis menjadi optimis, yang tidak kreatif mmenjadi kreatif, dan lain sebagainya.
Hari peringatan santri ini adalah sebagai salah satu bentuk keistimewaan yang diberikan kepada santri. Menjadi motivasi para santri agar mampu memberi kontribusi untuk negeri adalah sebuah keniscayaan. Oleh karena itu, para santri harus memberikan usaha-usaha yang teratur, sistematis, inovatif , dan kreatif.
Oleh: Ma’bad Fathi Mu’tazza,Mahasiswa UIN Walisongo Semarang dan Aktivis HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Sumber: Militan.co

Comments

Popular posts from this blog

Jenjang Pendidikan Formal Kader HMI

Implementasi Bersyukur dan Ikhlas dalam Meneguhkan Qalbu

Memahami Surat Yusuf Ayat 2: Agar Menggunakan Akal